Ikan salem hidup di laut Atlantik Utara – Kanada, tetapi kembali ke sungai-sungai di Eropa dan Amerika Utara menjelang bertelur.
Ikan salem adalah jenis ikan laut yang unik. Pada musim bertelur, ikan salem makan berbondong-bondong kembali ke tempat asal ikan ini dilahirkan, di sungai jauh di atas dataran tinggi. Perjalanan ikan salem dari laut menuju hulu sungai memerlukan pengorbanan. Banyak rintangan, bahaya alam yang keras harus dihadapinya. Perjalanan ribuan kilometer, ombak besar, arus deras, batu karang yang tajam dan bahkan dengan melawan arus dilaluinya di laut. Memasuki sungai, ikan salem kembali menempuh arus deras, terkaman binatang pemangsa, bukit yang terjal, dan segala macam jerat manusia. Untuk mencapai tujuan di hulu sungai yang ada di tempat tinggi, ikan salem harus berjuang melompati jeram dan air terjun, atau bendungan yang tinggi. Ikan itu harus berenang dengan kecepatan 30 kilometer per jam agar mempunyai daya lompat setinggi tiga setengah meter.
Semua rintangan dan bahaya tidak mengurungkan niat ikan salem untuk bertelur. Tubuh yang terluka akibat benturan bebatuan sungai tidak bisa membuat surut. Satu tujuan dilakukan untuk meneruskan generasi. Sesampai di hulu sungai, dalam keadaan lelah dan terluka, ikan salem mencari tempat terbaik bagi sarangnya, meletakkan telurnya dan akhirnya mati.
Dalam waktu yang singkat telur-telur itu menetas sebagai generasi penerus. Ikan salem kecil yang berjumlah jutaan itu adalah wujud harapan salem dewasa yang menjadi kenyataan. Dengan apa salem kecil ini hidup?.
Apa yang dimakannya hingga ia mendapat cukup tenaga, masuk ke laut dan menjadi ikan dewasa?.
Ilmu pengetahuan mendapatkan bahwa begitu banyak kandungan karbon dan protein yang berasal dari bangkai salem dewasa yang mati, membusuk dan terurai ternyata telah menjadi sumber makanan yang berlimpah bagi salem kecil. Ada makna dari hidup salem dewasa yang tidak diketahuinya saat hidupnya berakhir, salem dewasa tidak tahu namun anak salem merasakannya.
Pada masa awal hidupnya ikan salem merah hidup di air tawar. Lalu setelah dewasa, mereka bermigrasi ke lautan luas. Ikan salem merah menghabiskan sebagian hidupnya di laut, sekitar 4-7 tahun. Ketika ikan salem merah cukup dewasa untuk berpijah mereka akan berkumpul bersama di suatu tempat di lautan. Setelah berkumpul dalam jumlah puluhan ribu, Mereka akan membagi dirinya berdasarkan spesies masing-masing, dan bersama-sama kembali ke sungai tempat menetasnya dahulu. Mereka kerap harus melompati air terjun dan berbagai kesulitan lainnya, yang jaraknya bisa sejauh 1.600 kilometer dari tempat mereka hidup di lautan. Dengan rintangan yang sangat besar, ikan salem merah terus berusaha keras melawan arus sungai yang deras, dengan berbagai macam halangan kayu-kayu, batu-batu kali, kemungkinan dimangsa predator atau jatuh ke jaring nelayan.
[Ikan Salem ini sangat lezat dagingnya, sering dibuat juga sebagai ikan kalengan]
Perjalanan ini terkadang membutuhkan waktu beberapa bulan lamanya. Yang mengagumkan, bahwa sejak awal perjalanan panjang ini mereka sudah mulai berpuasa. Berdasarkan penelitian para ahli, ternyata lama puasa para ikan inilah yang berguna sebagai standar naluriah untuk menuntun mereka mengenali sungai mana para ikan itu berasal. Juga kandungan lemak yang
cukup tinggi pada ikan salem merah ternyata bermanfaat sebagai cadangan makanan selama migrasi balik ini. Luput dari para pemangsa dan nelayan, akhirnya dengan tubuh penuh luka dan kelelahan para ikan ini bisa mencapai hulu sungai tempat mereka ditetaskan pertama kali.
Ketika mereka tiba di hulu sungai inilah, mereka akan otomatis bekerjasama antara pasangan jantan dan betina. Dengan sirip kecil dibelakang sirip punggungnya yang besar mereka menggali lubang kedalaman sekitar 45 cm, sebagai tempat penetasan calon telur telur ikan. Untuk penggalian ini diperlukan waktu beberapa minggu lamanya.
Jika telah siap, sang betina akan meletakkan telur-telur yang berjumlah ribuan, dan sang jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur-telur betinanya. Setelah proses ini selesai, sang calon ibu ikan akan menutup lubang tempat telur ini dengan lumpur yang cukup tebal. Kemudian pasangan ikan ini akan tetap berenang-renang di sekitar lubang telur, Menunggu beberapa waktu hingga telur-telur ini menetas.
Saat bayi-bayi ikan salem merah mendorong dirinya keluar dari lubang penetasan, sang orang tua ikan akan melihat anak-anaknya pertama dan untuk terakhir kalinya. Lalu matilah mereka, dalam keadaan berpuasa. Ikan-ikan yang mati ini akan mengapung di permukaan, kemudian berangsur turun ke dasar sungai, membusuk.
Sebenarnya ini adalah bagian dari proses menjaga keseimbangan alam di dasar sungai. Mereka mati setelah meninggalkan sekelompok generasi baru, yang harus mengalami proses 'kesulitan' - kembali ke lautan. Kemudian setelah dewasa, anak-anak ikan salem merah ini akan mengulangi siklus yang sama seperti orangtuanya, dan mati dalam keadaan berpuasa.
Kegigihannya dalam menghadapi berbagai tantangan, rintangan, ancaman dan hambatan dalam kehidupannya patut menjadi pelajaran bagi manusia. Setelah mereka mati pun Ikan Salem masih memiliki manfaat bagi generasi penerusnya. Makhluk hidup seperti Ikan Salem saja memiliki ketangguhan seperti itu, sungguh ironis jika manusia hidup tapi selalu berkeluh kesah dalam menghadapi rintangan dalam kehidupan, dan tanpa meninggalkan kesan dan manfaat bagi generasi penerusnya ketika manusia tersebut meninggal dunia.
Sumber :
http://arifperdana.wordpress.com/2007/06/20/belajar-dari-ikan-salem/
http://www.seafoodaddict.com/?p=806
http://forumm.wgaul.com/showthread.php?t=34762
Tidak ada komentar:
Posting Komentar